Jakarta , Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, menyebut pneumonia sebagai "pembunuh senyap" yang terus menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak di dunia. Setiap 43 detik, seorang anak meninggal akibat pneumonia. “Ini berarti 700 ribu anak meninggal setiap tahunnya karena pneumonia, sebuah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” ujar Prof. Dante pada acara Puncak Hari Pneumonia Sedunia di Kantor Kemenkes, Jakarta, Senin (18/11).
Pneumonia adalah peradangan paru-paru akibat infeksi akut pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Pada balita, gejala yang sering muncul meliputi batuk, kesulitan bernapas, hingga tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas, yang menjadi tanda pneumonia berat.
Prof. Dante juga menyoroti bahaya paparan asap rokok terhadap anak-anak. Ia mengingatkan orang tua yang merokok di rumah untuk berhenti, karena asap rokok dapat melemahkan paru-paru anak. “Data statistik menunjukkan anak-anak yang ada di lingkungan orang tuanya perokok lebih gampang terkena pneumonia dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak merokok,” ungkapnya.
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, MARS, menambahkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2021, pneumonia menyumbang 14% dari total kematian balita di seluruh dunia, dengan jumlah 740.000 kematian. “Ini menunjukkan bahwa pneumonia ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak,” kata dr. Yudhi.
Data BPJS Kesehatan 2023 menunjukkan bahwa pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, mencapai Rp 8,7 triliun, diikuti oleh tuberculosis (TB), PPOK, asma, dan kanker paru. Pemerintah pun menetapkan target ambisius untuk menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia serta mengurangi insiden pneumonia pada balita hingga 70% secara nasional.
Sebagai bagian dari transformasi layanan kesehatan primer, pemerintah terus mendorong upaya pencegahan pneumonia melalui vaksinasi, menjaga lingkungan sehat, dan memenuhi kualitas gizi anak. Prof. Dante menyebut imunisasi hanyalah salah satu langkah kecil. Upaya lainnya adalah memenuhi kualitas gizi pada anak-anak supaya kekebalan tubuhnya meningkat, di antaranya dengan memberikan ASI eksklusif serta penyediaan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak-anak.
Hari Pneumonia Sedunia, yang diperingati setiap 12 November, menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya pneumonia dan cara melindungi anak-anak dari penyakit ini. Pemerintah berkomitmen menjadikan hari ini sebagai pengingat untuk terus melawan pneumonia demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih sehat.